Selasa, 30 Desember 2008

10 Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Risiko Kanker
Umumnya orang berasumsi bahwa penyakit kanker disebabkan karena faktor genetik dan tidak bisa dihindari. Namun, menurut the American Cancer Society, perilaku hidup yang sehat ternyata dapat mencegah sekitar separuh dari kematian akibat kanker. Berikut ini disampaikan daftar 10 hal yang dapat anda lakukan yang dapat mencegah atau mendeteksi dini kanker, berdasarkan penelitian – penelitian terbaru :

1.Hindari merokok / mengkonsumsi produk tembakau
Tembakau meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker paru, bronkus, kepala dan leher, usus besar, dan kandung kemih. Oleh sebab itu, langkah pertama, hindari atau berhenti merokok.

2.Lakukan skrining deteksi dini kanker secara rutin
Deteksi dini kanker secara bermakna sangat meningkatkan angka kesembuhan dan sangat menurunkan risiko kematian akibat kanker. Berikut adalah daftar pemeriksaan skrining kanker yang telah tersedia :


-Usus besar : Mulai usia 50 tahun, dianjurkan pemeriksaan kolonoskopi tiap 10 tahun bagi yang tidak mempunyai risiko (tidak mempunyai riwayat keluarga menderita kanker ini / tidak mempunyai polip risiko tinggi). Bagi yang berisiko, diperlukan frekuensi pemeriksaan yang lebih sering. Pemeriksaan alternatif lainnya bagi yang tidak mempunyai risiko, yaitu flexible sigmoidoscopy, CT-scan, dan pemeriksaan darah samar pada tinja.


-Kanker payudara : Mulai usia 40 tahun, para perempuan dianjurkan menjalani pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan fisik oleh dokter tiap tahunnya.

-Kanker prostat : Mulai usia 50 tahun, tiap tahun, pria dianjurkan menjalani pemeriksaan fisik oleh dokter (termasuk pemeriksaan colok dubur) dan pemeriksaan laboratorium (prostate specific antigen / PSA)

-Kanker serviks : Skrining untuk kanker serviks dimulai saat seorang perempuan aktif secara seksual dan dilakukan berkala tergantung risiko dan usia. Pemeriksaan skrining berupa Pap smear dan pemeriksaan human papillomavirus.

-Kanker kulit : Dianjurkan pemeriksaan kulit tiap tahun oleh dokter bagi orang dewasa.


3.Hindari banyak mengkonsumsi alkohol
Konsumsi alkohol berhubungan dengan peningkatan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker payudara, esofagus, usus besar, pankreas, dan kanker kepala dan leher. Konsumsi alkohol hendaknya dibatasi 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk perempuan.


4.Lindungi kulit anda dari sinar matahari
Gunakan sunscreen tiap kali beraktivitas di luar ruangan (dianjurkan dengan jenis SPF 30 atau lebih tinggi yang dapat melindungi dari cahaya ultraviolet A dan B). Selain itu, lindungi kulit dengan topi dan kacamata, serta sebisa mungkin hindari terpajan sinar matahari pada jam 10 pagi hingga jam 4 sore.

5.Jaga pola hidup aktif secara fisik
Hasil penelitian mengatakan bahwa latihan fisik 3 – 4 jam tiap minggu (misalnya jalan cepat, bersepeda, atau dansa) dapat menurunkan risiko beberapa jenis kanker sekitar 30 % - 50 %. Berbagai penelitian menemukan bahwa latihan fisik yang teratur dapat menurunkan risiko terkenanya kanker payudara, usus besar, endometrium, dan paru.


6.Jaga berat badan normal
Orang dengan berat badan lebih atau obes, memiliki peningkatan risiko untuk timbulnya beberapa jenis kanker, misalnya kanker usus besar, payudara, pankreas, hati, ginjal, dan endometrium, dan juga leukemia atau limfoma. Cara terbaik untuk mempertahankan berat badan normal adalah dengan banyak mengkonsumsi sayur dan buah – buahan segar, dan kurangi makanan tinggi kalori seperti minuman mengandung gula dan makanan berlemak.

7.Hindari menggunakan terapi hormonal menopause
Terapi sulih hormon menopause meningkatkan risiko kanker payudara, endometrium dan kemungkinan kanker ovarium (indung telur).

8.Pertimbangkan mengkonsumsi obat untuk mengurangi risiko kanker
Terdapat beberapa obat yang telah terbukti efektif dalam menurunkan risiko kanker bagi yang mempunyai risiko tinggi. Misalnya, tamoksifen dan raloxifen untuk menurunkan risiko kanker payudara pada perempuan usia > 60 tahun dan memiliki faktor risiko. Penggunaan obat ini harus dengan konsultasi ke dokter.

9.Hindari pajanan terhadap bahan penyebab kanker
Pajanan terhadap radioaktif dan bahan kimia tertentu telah terbukti meningkatkan risiko kanker. Bagi karyawan yang bekerja di industri yang berhubungan dengan radioaktif ataupun bahan kimia berbahaya tertentu, wajib mengikuti prosedur keselamatan yang berlaku.

10.Konsumsi makanan penurun risiko kanker
Beberapa penelitian mengatakan bahwa makanan dari tumbuh – tumbuhan berhubungan dengan penurunan risiko beberapa kanker, terutama kanker usus besar. Anjuran tentang makanan yaitu :
- Kurangi konsumsi daging merah (red meat). Batasi hingga tidak lebih dari 4 ons/ hari (rerata). Hindari pula mengkinsumsi daging yang telah diproses, sebab bahan kimia yang digunakan dapat menyebabkan timbulnya beberapa jenis kanker.
- Konsumsilah berbagai jenis sayuran dan buah tiap hari. Direkomendasikan oleh the National Cancer Institute,sebanyak minimal 5 porsi sayur dan buah tiap hari.
- Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori, seperti minuman mengandung gula, dessert, permen, dsb.
- Konsumsilah makanan tinggi kalsium dan vitamin D, seperti susu rendah lemak, dan yogurt.




Referensi :
1. Medicalnewstoday.Ten Things You Can Do to Reduce Your Cancer Risk.2008.
2. American Cancer Society. Recommendations for Nutrition and Physical Activity for Cancer Prevention.2006

Dalam beberapa kali acara DETAK (Deteksi Awal Kanker) seringkali penulis mendapat pertanyaan, apakah ada hubungannya stres dan timbulnya kanker? Selama ini kita mengetahui hubungan yang jelas antara faktor keturunan, merokok, radioaktif, infeksi virus tertentu, paparan bahan kimia tertentu, dan faktor medis lainnya terhadap munculnya kanker. Namun belum diketahui hubungan faktor stres psikis terhadap timbulnya kanker. Artikel singkat ini akan membahas mengenai hal tersebut. Mari kita simak, dan semoga bermanfaat.

Hasil suatu studi terbaru (disampaikan dalam BioMed Central journal BMC Cancer) menunjukkan adanya hubungan antara stres psikologis berat dan kanker payudara. Dr.Ronit Peled, sebagai peneliti, mengatakan bahwa wanita usia muda yang mengalami pengalaman hidup berat lebih dari sekali dalam hidup dapat dianggap berisiko untuk terjadinya kanker payudara dan harus diterapi.

Studi tersebut melibatkan 255 wanita berusia < 45 tahun yang didiagnosis kanker payudara dan 367 wanita sehat sebagai pembanding. Kemudian dievaluasi hubungan antara kanker payudara dengan kejadian berat, seperti kehilangan orang tua, orang terdekat, atau perceraian orang tua sebelum usia 20 tahun, serta kejadian hidup ringan-sedang seperti berpisah dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau orang terdekat menderita penyakit serius.

Hasilnya, ternyata ada hubungan positif antara pengalaman hidup buruk lebih dari sekali dengan kanker payudara,yaitu terdapat peningkatan 62%. Namun, pengalaman hidup buruk yang terjadi hanya sekali tampaknya tidak meningkatkan risiko secara bermakna.

Sebaliknya, dibandingkan wanita sehat, wanita penderita kanker payudara juga ternyata lebih mengalami depresi dan penurunan skor (penilaian) keceriaan dan optimisme.

Lebih lanjut lagi, hasil studi tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara keceriaan dan optimisme dengan timbulnya kanker payudara. Artinya, “lebih banyak anda ceria dan optimis dengan hidup, maka semakin kecil kemungkinan timbulnya kanker payudara”, demikian ungkap peneliti studi tersebut. Bagaimana mekanismenya? Hinggi kini belum diketahui, namun fakta (studi di atas) telah mengungkapkan hal tersebut.

Jika Anda telah cukup asupan vitamin D dan mendapat sinar matahari saat usia muda, maka sebenarnya risiko kanker payudara akan menurun. Demikian hasil suatu penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Epidemiology pada Oktober 2008 lalu. Penelitian berskala besar tersebut melibatkan 759 pasien kanker payudara dan 1.135 orang sehat sebagai kelompok pembanding. Kemudian dilakukan penilaian terhadap asupan vitamin D dan sinar matahari pada berbagai periode usia, yaitu 10 – 19 tahun, 20 – 29 tahun, dan 45 -54 tahun.

Hasilnya, ternyata asupan vitamin D dan paparan sinar matahari yang mencukupi pada saat usia 10 – 19 tahun berhubungan secara bermakna dengan semakin menurunnnya risiko timbulnya kanker payudara. Sedangkan pada kecukupan vitamin D dan sinar matahari pada usia di atas 19 tahun tidak bermakna menurunkan risiko kanker payudara, walaupun ada kecenderungan mengurangi.

Dari penelitian besar di atas kita mendapat satu tips lagi strategi pencegahan kanker payudara, yaitu, cukupilah kebutuhan vitamin D dan sinar matahari di usia muda (dan tentunya juga diteruskan untuk mencegah osteroporosis). Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin D, misalnya : minyak ikan, telur, susu bubuk, mentega yang telah difortifikasi, sereal, dsb. Tubuh juga dapat memproduksi vitamin D sendiri jika kulit kita terpapar sinar matahari. Perlu diingat bahwa sinar matahari yang baik adalah saat pagi dan sore, hindari sinar matahari terik

Salah satu pemicu berubahnya sel normal menjadi sel kanker adalah kerusakan struktur DNA yang dapat disebabkan oleh proses oksidasi. Oleh sebab itu, diperkirakan mengkonsumsi antioksidan seperti vitamin C dan E dapat menjadi suatu strategi pencegahan kanker. Mungkin di antara pembaca ada yang rutin mengkonsumsi vitamin antioksidan tersebut dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kanker di kemudian hari. Apakah benar demikian ? Mari kita simak penelitiannya.

Disampaikan dalam pertemuan tahunan American Association for Cancer Research, 16 November 2008 di Washington DC, Amerika Serikat, suatu penelitian acak berskala besar dan berjangka panjang. Uniknya, yang terlibat dalam studi ini bukanlah pasien /orang awam, melainkan sebanyak 14.000 dokter yang berusia di atas 50 tahun. Para dokter (subjek penelitian) tersebut dikelompokkan secara acak ke dalam 2 kelompok, yaitu :

- Kelompok 1 : mendapat vitamin E 400 IU 2 hari sekali atau plasebo
- Kelompok 2 : mendapat vitamin C 500 mg tiap hari atau plasebo

Kemudian kedua kelompok ini dipantau selama 10 tahun, dinilai berapa banyak angka kejadian timbulnya kanker. Hasilnya, timbul kanker pada sebanyak 1.929 orang dan ternyata pemberian suplemen vitamin C maupun E tidak bermanfaat dalam mencegah kanker.

Dari hasil penelitian ini, para ahli berpendapat bahwa suplemen vitamin mungkin tidak memberikan manfaat yang sama seperti vitamin yang didapat dari makanan sehat (misalnya sayur dan buah-buahan). Selain penelitian ini, beberapa penelitian besar lainnya juga memperlihatkan hal yang sama.

Nah, dapat disimpulkan bahwa sebagai pencegahan kanker, ternyata suplemen vitamin antioksidan tidak menunjukkan manfaatnya, sedangkan makan makanan sehat yang kaya vitamin seperti buah dan sayur terbukti mengurangi risiko timbulnya kanker. Atau dengan kata lain, manfaat buah dan sayur tidak dapat digantikan dengan suplemen vitamin. Jadi, perbanyaklah mengkonsumsi buah dan sayur sebagai upaya pencegahan kanker dan untuk mendapat manfaat kesehatan lainnya yang sangat banyak.

Secara global, kanker usus besar merupakan jenis kanker tersering dari semua kanker. Di Amerika Serikat, kanker jenis ini menempati urutan ketiga jenis kanker tersering pada pria dan wanita, serta menempati posisi nomor 2 sebagai penyebab kematian tersering akibat kanker. Di Indonesia, kanker ini merupakan salah satu jenis kanker yang sering ditemukan dan termasuk dalam 10 besar kanker tersering.

Kanker usus besar (kolorektal) adalah kanker yang dapat dicegah dan disembuhkan jika ditemukan pada stadium dini. Lebih dari 90% pasien yang terdiagnosis penyakit ini memiliki harapan hidup lebih dari 5 tahun. Tips-tips yang disampaikan berikur ini diambil dari hasil berbagai penelitian pada manusia yang bertujuan untuk mencegah kanker jenis ini.

Sebelumnya, mari mengetahui proses terjadinya kanker usus besar ini secara singkat. Seperti umumnya proses timbulnya kanker, mulanya disebabkan oleh mutasi gen (bagian terkecil sel yang mengkode pembuatan protein). Akibatnya timbul polip di dinding usus. Polip ini merupakan lesi jinak dan banyak orang yang mempunyai polip di dinding ususnya dan tidak menjadi kanker. Diperkirakan sekitar 5% yang akan berkembang menjadi kanker. Maka, strategi pencegahan kanker usus besar adalah dengan menghindari faktor-faktor pencetus mutasi gen dan mengetahui, serta membuang polip sedini mungkin.

Dari berbagai penelitian, kini diketahui bahwa hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker usus besar ini, yaitu :

1. Mengkonsumsi makanan berserat dengan jumlah cukup.
Mengkonsumsi serat sebanyak 30 g/hari terbukti dapat menurunkan risiko timbulnya kanker usus besar sebesar 40% dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi serat 12 g/hari. Kecukupan jumlah serat dapat diperoleh dari mengkonsumsi 8 porsi sayur dan buah, serta dari roti wholemeal.

2. Mengurangi konsumsi daging merah
Orang yang banyak mengkonsumsi daging merah (misal, daging sapi, kambing, dsb) atau daging olahan lebih dari 160 g/hari (2 porsi atau lebih) akan mengalami peningkatan risiko kanker usus besar sebanyak 35% dibandingkan orang yang hanya mengkonsumsi kurang dari 1 porsi per minggu. Konsumsi daging merah berhubungan dengan terbentuknya senyawa N-nitroso dalam fases yang dapat mencetuskan timbulnya kanker usus besar. Kebalikan dengan daging merah / daging olahan, konsumsi ikan dapat menurunkan risiko. Untuk mengurangi konsumsi daging merah, para ahli menganjurkan mengkonsumsi daging unggas (ayam, bebek, dsb) dan ikan

3. Menghindari obesitas
Selain faktor risiko untuk penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2, obesitas juga diketahui merupakan suatu faktor risiko untuk kanker usus besar, sehingga dianjurkan untuk mengurangi berat badan bagi yang memiliki berat badan lebih. Berolahraga secara rutin merupakan suatu cara menurunkan berat badan yang baik, karena ternyata olehraga rutin juga terbukti bermanfaat mencegah kanker usus besar.

4. Hindari menghirup asap rokok
Asap rokok dan produk tembakau lain sudah sangat terbukti meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker usus besar. Orang yang merokok lebih banyak mengalami polip yang berkembang menjadi kanker di usus besar. Hasil suatu penelitian menunjukkan adanya peningkatan lebih dari 100% risiko pada perokok dibandingkan orang yang tidak merokok. Maka, hindarilah faktor risiko yang paling mudah dihindari ini.

5. Hindari konsumsi minuman berakohol
Selain merusak liver, konsumsi minuman berakohol juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker usus besar.

Beberapa gejala kanker usus besar meliputi : perubahan pola Buang Air Besar (BAB), terutama feses encer lebih dari 6 minggu. Gejala lainnya adalah perdarahan dari anus, dapat bercampur dengen feses maupun tidak. Pemeriksaan skrining rutin untuk mendeteksi dini kanker usus besar adalah dengan pemeriksaan darah samar dalam feses dan dapat dilanjutkan dengan kolonoskopi. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan petunjuk pemeriksaan skrining ini.

Apakah kanker ?????

Kanker adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal (tumbuh sangat cepat & tidak terkontrol), menginfiltrasi, menekan jaringan tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi organ tubuh. Ada lebih dari 100 jenis kanker yang diketahui. Yang paling sering dijumpai adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kulit, kanker usus dan kanker prostat. Situs ini berupaya untuk memberikan informasi tentang berbagai kanker, gejalanya, pilihan pengobatannya, serta hal lain yang perlu diketahui umum. Termasuk tentang bagaimana hidup dengan kanker.

Apa itu KEMOTERAPI ? Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan zat-zat kimia (obat-obatan). Kemoterapi bertujuan menghentikan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali, membunuh atau mencegah sel kanker menyebar ke tempat yang lainnya.

Hai Sahabat Semua,Kali ini saya akan mengulas semua yang berkaitan dengan kanker,saya berusaha memberikan informasi yang istimewa ntuk kalian,,.
Terimakasih,semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pambaca......




Bagi banyak wanita, diagnosis kanker payudara bukan saja berdampak pada fisiknya tetapi juga pada emosinya, pada mentalnya, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap hubugannya dengan orang lain. Hubungan dengan temannya, suaminya, anaknya, keluarganya, semua dapat terimbas.

“Menurut pendapatku, kanker mempunyai dampak yang lebih parah terhadap emosi serta hubungan emosional penderita daripada penyakit berat lainnya”, kata Katherine Puckett, LCSW, direktur nasional Mind-Body Medicine, di Pusat Pengobatan Kanker di Chicago, Amerika.

Selanjutnya Puckett menambahkan bahwa ketidak pastian dari penyakit itu sendiri memperparah dampak tersebut. “Ketidak tahuan tentang kanker payudara akan makin meningkatkan emosionalitaspenderita yang berkaitan dengan hubungannya dengan orang lain Hal itu meningkatkan kecemasan dan mengubah segalanya dalam kehidupannya”, kata Puckett.

Tetapi perubahan itu sendiri tidak harus negatif. Bagi beberapa wanita, kanker payudara dapat menjadi pemicu yang mengubah hubungan pertemanan yang biasa menjadi ikatan yang lebih erat dan mendalam, membuat pasangan suami isteri makin dekat, membuat anggota keluarga jadi saling dekat dengan ikatan yang makin kuat.

Bagi wanita lain memang dampaknya dapat negatif. Membuat ia merasa kesepian dan terisolasi, merasa bahwa orang-orang dekatnya tempat ia bersandar makin terasa jauh.

Hal yang berperanan dalam bagaimana kanker payudara berdampak pada emosi adalah kemauan untuk berbagi perasaan dengan orang lain, suatu hal yang memang tidak selalu mudah bagi wanita yang mederita kanker payudara.

Wanita mempunyai peranan sebagai pengasuh dan perawat orang lain. Aoleh karena itu sangat berat untuk melepaskan naluri tersebut dan kemudian berubah menjadi orang yang perlu dilayani atau diperhatikan. Bagi banyak wanita, mengubah diri menjadi orang yang perlu dirawat dan diasuh orang lain, merupakan hal yang sangat berat karena sebenarnya ia tidak ingin dianggap lemah dan tidak mampu mengurus diri sendiri.

Penderita kanker payudara perlu disadarkan bahwa kesediaan berbagi perasaan dan meminta pertolongan adalah justru suatu kekuatan yang dapat mengukuhkan hubungannya dengan orang lain. Demikian kata Mauricio Murillo, MD, seorang psikiater onkologi dan direktur Supportive Service di Universitas New York..

Apa itu AIDS







Sampai kini, mendengar kata HIV/AIDS seperti momok yang mengerikan. Padahal jika dipahami secara logis, HIV/AIDS bisa dengan mudah dihindari. Bagaimana itu?

Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dengan laju yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 1987, kasus HIV/AIDS ditemukan untuk pertama kalinya hanya di Pulau Bali. Sementara sekarang (2007), hampir semua provinsi di Indonesia sudah ditemukan kasus HIV/AIDS.

Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu bersama yang terus menyedot perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan. Namun sesungguhnya masih banyak informasi dan pemahaman tentang permasalahan kesehatan ini yang masih belum diketahui lebih jauh oleh masyarakat.

HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang seperti darah, cairan kelamin (air mani atau cairan vagina yang telah terinfeksi) dan air susu ibu yang telah terinfeksi. Sedangkan AIDS adalah sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui :

* Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
* Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian

* Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV

* Ibu penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI)

Penularan

HIV tidak ditularkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.

Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :

1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :

1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV

HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko,tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

Skrining Dengan Teknologi Modern

Sebagian besar test HIV adalah test antibodi yang mengukur antibodi yang dibuat tubuh untuk melawan HIV. Ia memerlukan waktu bagi sistim imun untuk memproduksi antibodi yang cukup untuk dideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini dapat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya. Periode ini biasa diseput sebagai ‘periode jendela’. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibodi yang dapat dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Bagaimanapun, terdapat kemungkinan bahwa beberapa individu akan memerlukan waktu lebih lama untuk mengembangkan antibodi yang dapat terdeteksi. Maka, jika test HIV awal negatif dilakukan dalam waktu 3 bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan kemudian, untuk menghindari kemungkinan hasil negatif palsu. 97% manusia akan mengembangkan antibodi pada 3 bulan pertama setelah infeksi HIV terjadi. Pada kasus yang sangat langka, akan diperlukan 6 bulan untuk mengembangkan antibodi terhadap HIV.

Tipe test yang lain adalah test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara langsung. Waktu antara infeksi HIV dan deteksi RNA adalah antara 9-11 hari. Test ini, yang lebih mahal dan digunakan lebih jarang daripada test antibodi, telah digunakan di beberapa daerah di Amerika Serikat.

Dalam sebagian besar kasus, EIA (enzyme immunoassay) digunakan pada sampel darah yang diambil dari vena, adalah test skrining yang paling umum untuk mendeteksi antibodi HIV. EIA positif (reaktif) harus digunakan dengan test konformasi seperti Western Blot untuk memastikan diagnosis positif. Ada beberapa tipe test EIA yang menggunakan cairan tubuh lainnya untuk menemukan antibodi HIV. Mereka adalah

*

Test Cairan Oral. Menggunakan cairan oral (bukan saliva) yang dikumpulkan dari mulut menggunakan alat khusus. Ini adalah test antibodi EIA yang serupa dengan test darah dengan EIA. Test konformasi dengan metode Western Blot dilakukan dengan sampel yang sama.

*

Test Urine. Menggunakan urine, bukan darah. Sensitivitas dan spesifitas dari test ini adalah tidak sebaik test darah dan cairan oral. Ia juga memerlukan test konformasi dengan metode Western Blot dengan sampel urine yang sama.

Jika seorang pasien mendapatkan hasil HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan hidup dia juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan seksual. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya.Test HIV selama kehamilan adalah penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk menularkan HIV pada anaknya pada sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.

Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga sudah memiliki fasilitas yang sama.

;;

By :
Free Blog Templates