Selasa, 30 Desember 2008

Dalam beberapa kali acara DETAK (Deteksi Awal Kanker) seringkali penulis mendapat pertanyaan, apakah ada hubungannya stres dan timbulnya kanker? Selama ini kita mengetahui hubungan yang jelas antara faktor keturunan, merokok, radioaktif, infeksi virus tertentu, paparan bahan kimia tertentu, dan faktor medis lainnya terhadap munculnya kanker. Namun belum diketahui hubungan faktor stres psikis terhadap timbulnya kanker. Artikel singkat ini akan membahas mengenai hal tersebut. Mari kita simak, dan semoga bermanfaat.

Hasil suatu studi terbaru (disampaikan dalam BioMed Central journal BMC Cancer) menunjukkan adanya hubungan antara stres psikologis berat dan kanker payudara. Dr.Ronit Peled, sebagai peneliti, mengatakan bahwa wanita usia muda yang mengalami pengalaman hidup berat lebih dari sekali dalam hidup dapat dianggap berisiko untuk terjadinya kanker payudara dan harus diterapi.

Studi tersebut melibatkan 255 wanita berusia < 45 tahun yang didiagnosis kanker payudara dan 367 wanita sehat sebagai pembanding. Kemudian dievaluasi hubungan antara kanker payudara dengan kejadian berat, seperti kehilangan orang tua, orang terdekat, atau perceraian orang tua sebelum usia 20 tahun, serta kejadian hidup ringan-sedang seperti berpisah dengan pasangan, kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi, atau orang terdekat menderita penyakit serius.

Hasilnya, ternyata ada hubungan positif antara pengalaman hidup buruk lebih dari sekali dengan kanker payudara,yaitu terdapat peningkatan 62%. Namun, pengalaman hidup buruk yang terjadi hanya sekali tampaknya tidak meningkatkan risiko secara bermakna.

Sebaliknya, dibandingkan wanita sehat, wanita penderita kanker payudara juga ternyata lebih mengalami depresi dan penurunan skor (penilaian) keceriaan dan optimisme.

Lebih lanjut lagi, hasil studi tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara keceriaan dan optimisme dengan timbulnya kanker payudara. Artinya, “lebih banyak anda ceria dan optimis dengan hidup, maka semakin kecil kemungkinan timbulnya kanker payudara”, demikian ungkap peneliti studi tersebut. Bagaimana mekanismenya? Hinggi kini belum diketahui, namun fakta (studi di atas) telah mengungkapkan hal tersebut.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates